SATU PAKU SETIAP ANAK INI MARAH !!!



Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Ayahnya berusaha keras untuk membuang sifat buruk anaknya. Suatu hari ia memanggil anaknya dan memberinya sekantong paku. Paku? Ya, paku!

            Sang anak heran. Tapi, bibir ayahnya justru membentuk senyum bijak. Dengan suaranya yang lembut, ia berkata kepada anaknya agar memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali marah. Ajaib!
            Di hari pertama, sang anak menancapkan 48 paku! Begitu uga di hari kedua, ketiga, dan beberapa hari selanjutnya. Tapi, tak berlangsung lama. Setelah itu jumlah paku yang terancap berkurang secara bertahap. Ia menemukan fakta bahwa lebih mudah menahan amarahnya dari pada memakukan begitu banyak paku ke pagar.
            Akhirnya, kesadarn itu membuahkan hasil. Ia anak telah bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilanga esabaran. Ia bergegas memberitahukan hal itu kepada ayahnya. Sang ayah tersenyum. Kemudian meminta si anak agar mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.
            Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya berhasil mencabut semua paku yang pernah di tancapkannya. Ia bergegas melaporkan kabar gembira itu kepada ayahnya. Sang ayah bangkit dari duduknya dan menuntun si anak melihat pagar di belakang rumah itu.
            “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku. Tapi, lihatlah lubang-lubang di pasir ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya.” Kata si ayah bijak.
            Sang ayah sengaja memotong kalimatnya pendek-pendek agar si anak bisa mencerna maksudnya dengan baik. Si anak menatap ayahnya dengan sikap menunggu apa kelanjutan ujaran ayahnya itu.
            “Ketika kamu melontarkan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu itu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain. Kamu dapat menusukkan pisau kepada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi, tidak peduli berapa kali kamu akan meminta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan, luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik,” ucap sang ayah lembut namun sarat.
            Sang anak membalas tatapan lemut ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Pelajaran yang diberikan ayahnya begitu tajam menghujam relung hatinya.
            Teman, saling memaafkan di hari yang fitri di Syawal tahun ini mungkin bisa mengobati banyak hal. Tapi, akan sirna maknya saat kita mengulangi kesalahan serupa. Padahal, lubang ekas cabutan paku yang sebelumnya masih menganga. Jadi, berhati-hatilah Teman. Semoga Allah melembutkan hati kita dam menghiasi dengan sifat sabar tanpa tepi. Amin.


Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment